
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belaj.
Segalaar mengajar sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan
mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi yang semakin
canggih, kini permainan-permainan tradisional yang beragam seperti gobak
sodor, gangsingan, cinciripit (petak umpet),
egrang, benthik, bekelan, engklek, jamuran, mulai ditinggalkan.
Bergeser pada permainan-permainan yang menggunakan tekhnologi modern,
seperti permainan video game, play station, berbagai permainan yang
tersedia di komputer maupun laptop (sering disebut dengan istilah “game”), dan lain permainan modern lainnya.A. Permainan Tradisional
Permainan
tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang
berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta
banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan tradisional anak
sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana
asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan adang-kadang mengalami
perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dariakar
katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh
suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang
dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Macam-Macam
Permainan Tradisional dan Manfaatnya
Banyak sekali macam-macam permainan
tradisional di Indonesia, hampir di seluruh daerah-daerah telah mengenalnya
bahkan pernah mengalami masa-masa bermain permainan tradisional ketika kecil. Permainan
tradisional perlu dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan
persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh
permainan tradisional akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Engklek
Siapa yang tidak kenal dan tidak
tahu engklek ? Permainan sangat mudah dan sangat menarik untuk dimainkan yang
hanya membutuhkan garis kotak-kotak atau gambar sebagai medianya dan dapat
dibuat di atas tanah maupun halaman depan rumah atau halaman sekolah. Engklek
mengkombinasikan kecepatan melempar pecahan genteng (disebut gacok) ke dalam
kotak-kotak dan kemampuan menjaga keseimbangan, karena saat melewati kotak-kotak
yang telah dibuat, setiap pemain harus melompat-lompat dengan satu kaki
diangkat, dan tidak boleh menyentuh garis.
2. Bekelan
Bekelan
mengadu kecepatan menangkap bola dan mengatur bekel. Termasuk melatih kemampuan
motorik anak. Setiap kali pemain melemparkan bola ke atas hingga memantul di
lantai, sebelum bola ditangkapnya kembali, ia harus mengambil dan mengatur
bekel yang lain sesuai dengan urutan permainan. Dan jangan sampai bola
terjatuh.
3. Gatheng
Hampir
sama dengan permainan bekel yaitu mengadu kecepatan dalam melatih kemampuan
motorik anak. Selain itu juga melatih kemampuan berhitung anak. Bedanya,
gatheng menggunakan lima batu kecil dalam permainannya. Gatheng dapat dimainkan
minimal dua orang anak. Sebelum permainan gatheng dimulai, harus ada
kesepakatan antar pemain untuk menentukan jumlah yang harus dicapai. Setiap
kali satu batu dilempar ke atas, anak harus mengambil batu yang lain secara
cepat dan sesuai aturan permainan sebelum batu yang dilempar ditangkapnya
kembali. Jangan sampai batu yang dilempar terjatuh. Setelah itu semua batu
dilempar ke atas dan ditangkap dengan tangan terbalik ke bawah, kemudian
dilempar lagi dan ditangkap lagi dengan tangan terbuka (sering disebut
“teplek”). Lalu dihitung berapa jumlah batu yang tertangkap. Diulang-ulang dan
dijumlahkan hingga jumlahnya mencapai target jumlah yang telah ditentukan di
awal permainan.
4. Jamuran
Jamuran
berasal dari kata jamur karena dalam permainan ini berbentuk lingkaran dengan
satu anak yang “jadi” ada di tengah titik pusat lingkaran. Jamuran biasa
dimainkan lebih dari tiga orang anak. Jamuran termasuk dalam kategori permainan
rekreatif karena sebenarnya jamuran merupakan sarana bernyayi dan bergembira
bersama. mereka bergerak sambil bernyanyi :
Syair
jamuran adalah :
Jamuran ya ge ge thok
Jamur apa ya ge ge thok
Jamur gajih mberjijih sa ara ara
Sira badhe jamur apa?
Bermacam-macam jawaban jamuran tempo dulu:
·
Jamur gagak : anak berlari sambil merentangkan
tangan sambil mengucap nama anak yang dikejar, jika hampir tertangkap segera jongkok
agar tidak “jadi”.
·
Jamur parut : mempersiapkan telapak kaki untuk
digelitiki, pemain yang kelihatan giginya “jadi”.
Jawaban yang lain
adalah jamur kethek menek, jamur kendi bocor, jamur lilin, jamur bunga,
jamur kulkas, jamur kursi, jamur payung, dan sebagainya.
5. Cinciripit
(petak umpet)
Cinciripit
atau petak umpet minimal dimainkan oleh tiga orang anak. Seorang yang terpilih
dengan undian “cinciripit” akan berjaga dan menutup matanya, dan peserta lain
bersembunyi. Setelah itu yang berjaga mencari peserta lain, siapa yang paling
awal ditemukan akan berganti jaga dan bertugas mencari. Dalam bermain petak
umpet diperlukan kejujuran dalam permainannya.
6. Gapyak
atau Bakiak
Gapyak
atau bakiak mengadu keseimbangan dan kekompakan tim, dan termasuk permainan yang
kompetitif. Setiap kelompok biasanya terdiri dari tiga orang anak mengenakan
sandal tandem yang terbuat dari kayu. Pemenangnya adalah kelompok yang tidak
terjatuh dan tercepat mencapai garis finish.
7. Dakon
Dakon
dimainkan oleh dua orang anak dengan membagikan biji dakon ke dalam
lubang-lubang dakon secara bergiliran. Pemain yang mendapatkan biji dakon
terbanyak saat biji dakon habis dinyatakan sebagai pemenang. Dengan bermain
dakon, aspek emosional dan kemampuan motorik anak dapat terlatih. Juga terdapat
unsur kejujuran dalam permainannya.
8. Benthik
Permainan
benthik ini membutuhkan alat berupa dua patahan ranting panjang dan pendek.
Ranting panjang sebagai pemukul. Pada intinya, benthik memperagakan ketrampilan
memainkan ranting kecil dengan memukul dan mengarahkan agar tidak tertangkap
oleh lawan.
Setiap
permainan tradisional di atas tentunya mempunyai kelebihan serta manfaat
masing-masing. Namun secara umum, permainan-permainan tradisional memberikan
manfaat yang luar biasa pada perkembangan anak. Seperti dapat melatih kemampuan
motorik anak, kejujuran, kerjasama, kekompakan,
ketrampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan sikap, serta dapat melatih
jiwa kesosialan anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Permainan tradisional juga
memberikan pembelajaran kepada anak mengenai pentingnya menjaga lingkungan,
menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan.
B.
Permainan
Tradisional Sebagai Media Pembelajaran
- Permainan
“gatheng” sebagai media pembelajaran penjumlahan matematika.

Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kadang terasa monoton hingga
menyebabkan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari kejenuhan siswa maka dapat
diselipkan permainan tradisional dalam pembelajaran tersebut. Cotohnya dalam
pembelajaran penjumlahan matematika dapat diselipkan permainan “gatheng”.
Dengan permainan “gatheng” kemampuan motorik dan kemampuan berhitung anak dapat
terlatih, dan juga terdapat unsur sportifitas dan kesenangan dalam permainan
tersebut.
Dengan
menentukan jumlah yang ditargetkan dalam permainan “gatheng”, maka siswa dapat
melatih ingatan dan melatih kemampuan berhitungnya. Misalnya jumlah yang
ditargetkan adalah 50. Maka setiap pemain melakukan “teplek”, dihitung berapa
jumlah batu yang bisa ditangkapnya yang kemudian ditambahkan dengan jumlah
“teplekan” selanjutnya, dilakukan secara berulang-ulang hingga jumlahnya
mencapai target yang telah ditentukan. Berarti mereka harus mengingat jumlah
yang telah mereka peroleh dan harus menjumahkan hasil “teplekan” yang telah mereka peroleh dengan
hasil “teplekan” selanjutnya. Dengan demikian permainan tradisional dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran.
- Permainan engklek sebagai media pembelajaran bahasa inggris.
Dengan
menggunakan permainan tradisional engklek sebagai media pembelajaran bahasa
inggris, guru dapat mengajarkan kosa kata (vocabulary)
sesuai materi yag telah dipelajari. Dengan permainan engklek ini, dapat melatih
hafalan, membaca (reading),
menyebutkan kata (spelling), dan juga
mendengarkan (listening).
Yaitu
dengan cara dengan
menuliskan atau meletakkan kata dalam bahasa inggris (words) di dalam
kotak-kotak yang ada dalam permainan engklek tersebut. Kemudian setiap anak
yang bermain mengucapkan kata-kata yang ada dalam setiap kotak engklek
tersebut. Dengan kata lain, pada saat permainan berlangsung pemain harus
menyebutkan kata yang ada di dalam kotak pada saat melompat sampai selesai.
Dengan begitu pemain akan terus mengucapkan kata dan secara tidak langsung akan
mengingat dan bahkan hafal dengan cara penulisannya. sedangkan pemain lainnya
secara tidak langsung akan terus mendengar kata yang diucapkan oleh pemain yang
sedang main. Itulah contoh penerapan permainan tradisional dalam pembelajaran
bahasa inggris.
karena itu Permainan
tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata.
Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap anak,
dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk karakter anak yang luhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar